Rabu, 23 Oktober 2013



Kelompok 1 :
1.      Abdul Hamid                  
NIM:A1B110201
2.      Dian Anggraini
NIM : A1B11226
3.      Reny Herawati
NIM : A1B113205
4.      Rika Marsella
NIM : A1B113216
5.      Ruth Cahyaningratri
NIM : A1B113230
6.      Siswanto Adi Saputro
NIM : A1B110233
7.      Yuliana Rahmah
NIM : A1B113218
8. Muhammad Yusuf Nur Akbar
    NIM: A1B113215


FONOLOGI
A.      Pengertian Fonologi

Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi”  yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Objek kajiannya adalah “fon” atau bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30).
2.      Fonologi ialah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana, 1995: 57).
3.      Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu (Chaer, 1994: 102).
Berdasarkan beberapa sumber tersebut dapatlah disimpulkan bahwa fonologi ialah bidang linguisik atau lmu bahasa yang menyelidiki, mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia beserta fungsinya.
B.     Cabang Fonologi
1.      Fonetik
Fonetik merupakan studi tentang bunyi-bunyi ujar. Maksudnya,  fonetik yang merupakan cabang studi fonologi  ini mempelajari bunyi bahasa tanpa menghiraukan apakah bunyi-bunyi tersebut berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Dalam fonetik, bunyi bahasa dipelajari menurut perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Objek kajiannya adalah  “fon “ yakni bunyi bahasa pada umumnya.
Menurut Samsuri (1994:91), “Sebagai ilmu, fonetik berusaha menemukan kebenaran-kebenaran umum dan memformulasikan hukum-hukum tentang bunyi-bunyi itu dan pengucapannya; sebagai kemahiran fonetik memakai data deskriptif daripada fonetik ilmiah guna memberi kemungkinan pengenalan dan produksi (pengucapan) bunyi-bunyi ujar itu”
Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994: 102).
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf, 1984: 30).
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1995: 56).
Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102).
Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:
a.      fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b.      fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
c.       fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
2.      Fonemik
Fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Untuk jelasnya kalau kita perhatikan baik-baik ternyata bunyi [i] yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik] adalah tidak sama. Begitu juga bunyi [p] pada kata inggris [pace], [space], dan [map], juga tidak sama. Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata di atas itulah salah satu contoh obyek atau sasaran studi fonetik.
Berbeda dengan fonetik maka fonemik sebagai cabang studi fonologi mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Objek kajiannya terbatas pada fonem/ bunyi bahasa yang berfungsi membedakan makna kata.
Dalam uraian sebelumnya  sudah dicontohkan bahwa  /l/ dan  /r/ dalam kata “lupa” dan “rupa” berbeda secara fungsional. Kata “lupa” terdiri atas bunyi /l/, /u/, /p/, dan /a/ selanjutnya kata “rupa” dibangun oleh bunyi /r/, /u/, /p/, dan /a/. Kalau kita cermati kedua kata tersebut ternyata yang berbeda hanyalah bunyi /l/ dalam kata “lupa” dengan bunyi /r/ dalam kata “rupa”. Oleh karena itu,  bunyi /l/ dan /r/ di dalam bahasa Indonesia, dapat dipandang sebagai fonem yaitu lambang bunyi yang berfungsi membedakan makna.
Istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain fona, fonem, konsonan, dan vokal. Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
a.       udara,
b.      artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
c.      titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan.  Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .


C.    Klasifikasi bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama di bedakan atas vkal dan konsonan. Bunyi vocal di hasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, di teruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu.
1.      Klasifikasi vokal
Bunyi vocal biasanya di klasifikasikan dan di beri nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertical dan bersifat horizontal. Secara vertical dibedakan adanya vocal tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u]; vocal tengah, misalnya bunyi [e] dan [ǝ]; dan vocal rendah, misalnya bunyi [a]. secara horizontal dibedakan adanya vocal depan, misalnya bunyi [i] dan [e]; vocal pusat, misalnya [ǝ]; dan vocal belakang; misalnya bunyi [u] dan [o]. kemudian menurut bentuk mulut di bedakan adanya vocal bundar dan vocal tak bundar.
2.      Diftong atau vocal rangkap
Disebut diftong atau vocal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturnya. Namun, yang di hasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel. Diftong sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsure-unsurnya, sehingga dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi daripada posisi bunyi yang kedua.
3.      Klasifikasi konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga patokan atau criteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
a.       Berdasarkan posisi pita suara, dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Konsonan yang termasuk bunyi bersuara, antara lain, bunyi [b],[d],[g], dan [c].konsonan yang termasuk bunyi tidak bersuara, antara lain, bunyi [s],[k],[p] dan [t].
b.      Berdasarkan tempat artikilasinya, kita mengenal antara lain, konsonan:
1)     Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir; bibir bawah merapat pada bibir atas.yang termasuk konsonan bilabial ini adalah [b],[p], dan [m].
2)     Labiodental, yaitu konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas; gigi bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodental inni adalah [v] dan [f].
3)     Lamionalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; dalam hal ini, daun lidah menempel pada gusi.yang termasuk konsonan lamionalveolar adalah bunyi [t] dan [d].
4)     Dorsovelar, yaitu konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah bunyi [k] dan [g].
c.      Berdasarkan cara artikulasinya dibedakan adanya konsonan:
1)     Hambat(letupan, plosif, stop). Yang termasuk konsonan letupan ini antara lain bunyi [p], [b], [t], [d], [k], dan [g].
2)     Geseran atau frikatif. Yang termasuk konsonan geseran antara lain bunyi [f], [s], dan [z].
3)     Paduan. Yang termasuk konsonan paduan antara lain bunyi [c] dan [g].
4)     Sengauan atau nasal. Yang termasuk konsonan sengauan antara lain [n], [m], [ƞ].
5)     Getaran atau trill. Yang termasuk konsonan getaran antara lain [r].
6)     Sampingan atau lateral. Yang termasuk konsonan sampngan antara lain [l].
7)     Hampiran atau aproksiman. Yang termasuk konsonan hampiran antara lain [w] dan [y].

5 komentar:

Morfologi Kelompok 2 mengatakan...

Assalamualaikum. Wr. Wb
Nama: Ahmad Jamaludin
NIM: A1B110204
Mau bertanya nie dengan kelompok 1 yang membahas tentang fonologi, dan bagi teman-teman yang lain juga yang merasa tahu dan faham bisa juga ko memberikan komentar, karena disini kita sama-sama mencari ilmu dan berbagi ilmu yang kita ketahui.
Pertanyaan adalah,
Berdasarkan posisi pita suara, dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Konsonan yang termasuk bunyi bersuara, antara lain, bunyi [b],[d],[g], dan [c]. Konsonan yang termasuk bunyi tidak bersuara, antara lain, bunyi [s],[k],[p] dan [t]. Mohon dijelaskan mengapa bunyi [b],[d],[g], dan [c] itu termasuk contoh konsonan bunyi bersuara sedangkan bunyi [s],[k],[p] dan [t] termasuk ke dalam konsonan bunyi tidak bersuara. Pertanyaan selanjutnya yaitu jelaskan dan berikan contoh diftong atau vocal rangkap. Terimakasih.

Unknown mengatakan...

Nama: Abdul Gani
NIM: A1B108256

Pertanyaan saya, berikan contoh tentang fona dan berikan penjelasan disertai contoh tentang peryataan "Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon"! Trims.

Kelompok1_fonologi mengatakan...

Wa’alaikum Salam Wr. Wb
Nama : Yuliana Rahmah
NIM : A1B113218
Disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari Kelompok 2 Morfologi ......
Berdasarkan posisi pita suara , bunyi [b],[d],[g], dan [c] itu termasuk bunyi bersuara karena menghasilkan suara, seperti [c] pita suara terbuka sedikit dan menghasilkan suara, dan [d] pita suara tertutup rapat dan menghasilkan bunyi hamzah. Jadi [b],[d],[g], dan [c] itu termasuk bunyi bersuara karena dikelompokkan berdasarkan posisi pita suara yang menghasilkan bunyi bersuara.
Sedangkan [s],[k],[p] dan [f] itu termasuk konsonan bunyi tak bersuara karena berdasarkan kelompok posisi pita suara konsonan tersebut menghasilkan bunyi yang tak bersuara.
Contoh diftong atau vokal rangkap adalah [au] seperti pada kata harimau, contoh lain [ai] seperti pada kata cukai. Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya tidak sama dengan bagian akhirnya. Terimakasih.

Kelompok1_fonologi mengatakan...

Nama : Yuliana Rahmah
NIM : A1B113218
Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti. Contohnya kata aduh dan adoh. kata itu netral sering dipakai dalam tekanan bicara, namun kata ini belum terbukti membedakan arti.
Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata simpul berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem /u/ pada kata simpulan, berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan [U].
Terimakasih.

Kelompok1_fonologi mengatakan...

Nama : Abdul Hamid
NIM : A1B110201
Sedikit memberi jawaban kepada sahabat saya Ahmad Jamaludin...he,he.
Huruf Diftong atau Huruf vokal Rangkap
Huruf diftong merupakan gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.

Posting Komentar