Kelompok 1 :
1.
Abdul
Hamid
NIM:A1B110201
2.
Dian
Anggraini
NIM : A1B11226
3.
Reny
Herawati
NIM : A1B113205
4.
Rika
Marsella
NIM : A1B113216
5.
Ruth
Cahyaningratri
NIM : A1B113230
6.
Siswanto
Adi Saputro
NIM : A1B110233
7.
Yuliana
Rahmah
NIM : A1B113218
8. Muhammad Yusuf Nur Akbar
NIM: A1B113215
8. Muhammad Yusuf Nur Akbar
NIM: A1B113215
FONOLOGI
A.
Pengertian Fonologi
Menurut
Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari
kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang berarti “ilmu”. Jadi,
secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari
bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Objek kajiannya adalah “fon” atau bunyi bahasa
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Dari
beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa
(Keraf, 1984: 30).
2.
Fonologi ialah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa
menurut fungsinya (Kridalaksana, 1995: 57).
3.
Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan
membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari
kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu (Chaer, 1994: 102).
Berdasarkan beberapa sumber tersebut dapatlah disimpulkan
bahwa fonologi ialah bidang linguisik atau lmu bahasa yang menyelidiki,
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia beserta fungsinya.
B. Cabang
Fonologi
1.
Fonetik
Fonetik merupakan studi
tentang bunyi-bunyi ujar. Maksudnya, fonetik yang merupakan cabang studi
fonologi ini mempelajari bunyi bahasa tanpa menghiraukan apakah
bunyi-bunyi tersebut berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Dalam fonetik,
bunyi bahasa dipelajari menurut perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.
Objek kajiannya adalah “fon “ yakni bunyi bahasa pada umumnya.
Menurut Samsuri (1994:91),
“Sebagai ilmu, fonetik berusaha menemukan kebenaran-kebenaran umum dan
memformulasikan hukum-hukum tentang bunyi-bunyi itu dan pengucapannya; sebagai
kemahiran fonetik memakai data deskriptif daripada fonetik ilmiah guna memberi
kemungkinan pengenalan dan produksi (pengucapan) bunyi-bunyi ujar itu”
Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994: 102).
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa
bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana
menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf, 1984: 30).
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan,
penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdisipliner linguistik
dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1995: 56).
Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha mendeskripsikan
perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya,
perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan
[baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p]
dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer,
1994: 102).
Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa
itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:
a.
fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi
bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b.
fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau
fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan
intensitasnya.
c.
fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu
oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan
dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang
berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau
diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang
fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
2.
Fonemik
Fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Untuk
jelasnya kalau kita perhatikan baik-baik ternyata bunyi [i] yang terdapat pada
kata-kata [intan], [angin], dan [batik] adalah tidak sama. Begitu juga bunyi
[p] pada kata inggris [pace], [space], dan [map], juga tidak sama.
Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata di atas itulah
salah satu contoh obyek atau sasaran studi fonetik.
Berbeda dengan fonetik maka fonemik sebagai cabang studi
fonologi mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut
sebagai pembeda makna. Objek kajiannya terbatas pada fonem/ bunyi bahasa
yang berfungsi membedakan makna kata.
Dalam uraian sebelumnya sudah dicontohkan bahwa
/l/ dan /r/ dalam kata “lupa” dan “rupa” berbeda secara fungsional. Kata
“lupa” terdiri atas bunyi /l/, /u/, /p/, dan /a/ selanjutnya kata “rupa”
dibangun oleh bunyi /r/, /u/, /p/, dan /a/. Kalau kita cermati kedua kata
tersebut ternyata yang berbeda hanyalah bunyi /l/ dalam kata “lupa” dengan
bunyi /r/ dalam kata “rupa”. Oleh karena itu, bunyi /l/ dan /r/ di dalam
bahasa Indonesia, dapat dipandang sebagai fonem yaitu lambang bunyi yang
berfungsi membedakan makna.
Istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain
fona, fonem, konsonan, dan vokal. Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat
netral, atau masih belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah
satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena
pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang
fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Unluk menghasilkan
suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
a.
udara,
b.
artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
c.
titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara
keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan
dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang dimaksud
dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya
gerakan atau perubahan posisi artikulator .
C.
Klasifikasi bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama di bedakan atas vkal
dan konsonan. Bunyi vocal di hasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Bunyi
konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit
atau agak lebar, di teruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat
hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu.
1. Klasifikasi vokal
Bunyi vocal biasanya di klasifikasikan dan di beri nama
berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertical
dan bersifat horizontal. Secara vertical dibedakan adanya vocal tinggi, misalnya
bunyi [i] dan [u]; vocal tengah, misalnya bunyi [e] dan [ǝ]; dan vocal rendah,
misalnya bunyi [a]. secara horizontal dibedakan adanya vocal depan, misalnya
bunyi [i] dan [e]; vocal pusat, misalnya [ǝ]; dan vocal belakang; misalnya
bunyi [u] dan [o]. kemudian menurut bentuk mulut di bedakan adanya vocal bundar
dan vocal tak bundar.
2. Diftong atau vocal rangkap
Disebut diftong atau vocal rangkap karena posisi lidah
ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak
sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang
bergerak, serta strikturnya. Namun, yang di hasilkan bukan dua buah bunyi,
melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel. Diftong sering
dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsure-unsurnya, sehingga dibedakan
adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi
pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya disebut
diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi daripada posisi bunyi
yang kedua.
3. Klasifikasi konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga
patokan atau criteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara
artikulasi.
a.
Berdasarkan posisi pita suara, dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak
bersuara. Konsonan yang termasuk bunyi bersuara, antara lain, bunyi
[b],[d],[g], dan [c].konsonan yang termasuk bunyi tidak bersuara, antara lain,
bunyi [s],[k],[p] dan [t].
b.
Berdasarkan tempat artikilasinya, kita mengenal antara lain, konsonan:
1)
Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir; bibir bawah
merapat pada bibir atas.yang termasuk konsonan bilabial ini adalah [b],[p], dan
[m].
2)
Labiodental, yaitu konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas; gigi
bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodental inni adalah
[v] dan [f].
3)
Lamionalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; dalam hal
ini, daun lidah menempel pada gusi.yang termasuk konsonan lamionalveolar adalah
bunyi [t] dan [d].
4)
Dorsovelar, yaitu konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau
langit-langit lunak. Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah bunyi [k] dan
[g].
c.
Berdasarkan cara artikulasinya dibedakan adanya konsonan:
1)
Hambat(letupan, plosif, stop). Yang termasuk konsonan letupan ini antara lain
bunyi [p], [b], [t], [d], [k], dan [g].
2)
Geseran atau frikatif. Yang termasuk konsonan geseran antara lain bunyi [f],
[s], dan [z].
3)
Paduan. Yang termasuk konsonan paduan antara lain bunyi [c] dan [g].
4)
Sengauan atau nasal. Yang termasuk konsonan sengauan antara lain [n], [m], [ƞ].
5)
Getaran atau trill. Yang termasuk konsonan getaran antara lain [r].
6)
Sampingan atau lateral. Yang termasuk konsonan sampngan antara lain [l].
7)
Hampiran atau aproksiman. Yang termasuk konsonan hampiran antara lain [w] dan
[y].
5 komentar:
Assalamualaikum. Wr. Wb
Nama: Ahmad Jamaludin
NIM: A1B110204
Mau bertanya nie dengan kelompok 1 yang membahas tentang fonologi, dan bagi teman-teman yang lain juga yang merasa tahu dan faham bisa juga ko memberikan komentar, karena disini kita sama-sama mencari ilmu dan berbagi ilmu yang kita ketahui.
Pertanyaan adalah,
Berdasarkan posisi pita suara, dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Konsonan yang termasuk bunyi bersuara, antara lain, bunyi [b],[d],[g], dan [c]. Konsonan yang termasuk bunyi tidak bersuara, antara lain, bunyi [s],[k],[p] dan [t]. Mohon dijelaskan mengapa bunyi [b],[d],[g], dan [c] itu termasuk contoh konsonan bunyi bersuara sedangkan bunyi [s],[k],[p] dan [t] termasuk ke dalam konsonan bunyi tidak bersuara. Pertanyaan selanjutnya yaitu jelaskan dan berikan contoh diftong atau vocal rangkap. Terimakasih.
Nama: Abdul Gani
NIM: A1B108256
Pertanyaan saya, berikan contoh tentang fona dan berikan penjelasan disertai contoh tentang peryataan "Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon"! Trims.
Wa’alaikum Salam Wr. Wb
Nama : Yuliana Rahmah
NIM : A1B113218
Disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari Kelompok 2 Morfologi ......
Berdasarkan posisi pita suara , bunyi [b],[d],[g], dan [c] itu termasuk bunyi bersuara karena menghasilkan suara, seperti [c] pita suara terbuka sedikit dan menghasilkan suara, dan [d] pita suara tertutup rapat dan menghasilkan bunyi hamzah. Jadi [b],[d],[g], dan [c] itu termasuk bunyi bersuara karena dikelompokkan berdasarkan posisi pita suara yang menghasilkan bunyi bersuara.
Sedangkan [s],[k],[p] dan [f] itu termasuk konsonan bunyi tak bersuara karena berdasarkan kelompok posisi pita suara konsonan tersebut menghasilkan bunyi yang tak bersuara.
Contoh diftong atau vokal rangkap adalah [au] seperti pada kata harimau, contoh lain [ai] seperti pada kata cukai. Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya tidak sama dengan bagian akhirnya. Terimakasih.
Nama : Yuliana Rahmah
NIM : A1B113218
Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti. Contohnya kata aduh dan adoh. kata itu netral sering dipakai dalam tekanan bicara, namun kata ini belum terbukti membedakan arti.
Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata simpul berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem /u/ pada kata simpulan, berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan [U].
Terimakasih.
Nama : Abdul Hamid
NIM : A1B110201
Sedikit memberi jawaban kepada sahabat saya Ahmad Jamaludin...he,he.
Huruf Diftong atau Huruf vokal Rangkap
Huruf diftong merupakan gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.
Posting Komentar